CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2, Hasrat-Bispak36 Kami balik arah, serta mereka berdua temaniku kembali lagi ke kelas. Dan ke-2  doiku ini gak jenuh suntuknya merayu dan menghinaku perihal Andy. Saya kembali lagi gak dapat membalasnya, cuma tersenyum malu serta pasrah terima semuanya ini. Saya cuma dapat mengharapkan kami lekas hingga ke kelasku. Namun di saat kami hingga sampai di muka pintu kelas, tau-tau saya berasa mau buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya pengin ke toilet, kelak jika ditanyan pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan di Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… gak mesti ah… sekejap saja kok", kataku sembari ketawa geli.

"Ya sudah dech, tidak boleh semakin lama ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama sama melambai-lambaikan tangan dengan Sherly, lantas masuk ke kelas.

Sherly sendiri lagi menggamit tanganku. Sebetulnya saya sedikit risi digandeng oleh Sherly dengan mesra sebagai berikut, tetapi saya menurut saja sekalian mengharapkan dalam hati mudah-mudahan tak ada yang berprasangka buruk menyaksikan kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Pada akhirnya kami hingga di muka pintu kelasnya Sherly, serta saya tunggu Sherly melepas gandengan pada tanganku.

"Telah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sekalian tersenyum di Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Tidak mesti dech, saya kan hanya sekejap", jawabku dengan berbisik juga, dan kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, hingga sampai kelak ya Eliza", kata Sherly dengan tipe sedih, namun dia lambaikan tangannya.

"Iya, hingga kelak", saya menjawab sekalian lambaikan tanganku pun, lalu saya selekasnya ketujuan toilet.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2

Di saat saya dapat masuk, saya berpapasan dengan Vera yang baru keluar toilet. Kami sempat sama sama sapa, serta diam diam saya terasa bingung, kenapa barusan Vera tersenyum aneh semacam itu di saat dia melihatku.

Entahlah, lalu saya lagi masuk ke toilet wanita ini, dan dengan asal-asalan saya pilih satu diantara dari 6 kamar kecil yang berada di dalam sini. Selesai saya tuntas buang air kecil serta beres-beres busana dan rok seragamku, saya lekas keluar untuk kembali pada kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terhenti sewaktu tau-tau ada sebuah tangan yang menahan mulutku.

Belumlah sempat saya bereaksi, suatu tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku serta menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati seram, tetapi pelukan ini terlampau kuat, sampai tiada perlawanan yang bermakna, saya udah terbawa masuk ke gudang yang berada di sisi toilet, tempat di mana Vera entahlah ditiduri atau tengan layani Dedi dan Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menggeretku ke ujung tempat ini, sampai kami ada pada balik timbunan meja serta bangku tua. Tanpa ada melepaskan bekapan tangannya di mulutku, dia menghimpit bahuku sampai saya berjongkok, dan tidak lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu gak boleh ribut! Tidak lama lagi ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini dalam telinga kiriku.

Nada ini membuatku takut sebab saya tahu ini nada Dedi. Saya tercenung tidak lama, lalu saya menggangguk perlahan. Lebih bagus saya menurutinya, lantaran bila saya memunculkan kericuhan, lalu banyak yang ketahui saya dalam gudang ini tengah berduaan dengan Dedi, apa saja pertimbangannya namaku pasti remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan di mulutku dilepaskan, dan saya diam saja tanpa usaha memandang ke Dedi. Di gudang ini entahlah bakal ada tontonan apa, tetapi sehabis tontonan itu usai, saya khawatir Dedi tidak akan membiarkanku pergi demikian saja saat sebelum memaksakan saya layani gairah birahinya di gudang ini.

Saya tidak sedang suasana hati untuk ngeseks saat ini. Diam diam saya berpikiran bagaimana agar ini hari saya tak harus memasrahkan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki busuk ini. Barangkali saya dapat coba menjajakan service oral dengan argumen saya gak mau diketahui pihak lain sebab saya mendesah, atau saya takut ditanyakan guru di kelasku karena saya kelamaan ada dalam toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku serta tidak memaksakanku buat ngeseks dengannya. Saat saya pikirkan adakah argumen yang lebih baik, tiba-tiba kurasakan Dedi merengkuh lenganku, serta saya arahkan penglihatan mataku menjurus yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya terheran menyaksikan masuknya seseorang cebol yang kukenali jadi pelayan satu diantara stan di kantin sekolah. Saya gak tahu nama sang cebol ini, namun saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja merupakan Cie Fifi, seseorang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya kira-kira 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini senang memandang tajam menjurus Jenny, Sherly, saya, juga siswi lain yang tengah makan di kantin. Entahlah apa yang dibutuhkan Dedi dengan membawaku ke gudang ini saat ia mengerti sang cebol ini akan masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan semaunya di bangku yang berada pada tengah tempat ini. Saya gak pahami apa yang tengah dilaksanakan, apa menanti seorang, atau dia berencana suatu hal lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Tau-tau pintu gudang ini terbuka kembali, serta saya termangu menyaksikan kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut muka kecewa. Tetapi anehnya Cie Fifi jadi mendekati sang cebol yang lagi tersenyum senyuman memuakkan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuma diam tidak menjawab.

Tidak beberapa lama kemudian sang cebol berdiri, dan seterusnya jantungku berdebar-debar cepat lihat suatu panorama erotis yang mengagetkan terhidang di hadapanku.

Sang cebol menyelinap masuk ke rok Cie Fifi yang cuma diam saja. Kepala sang cebol yang saat ini berada pada dalam rok Cie Fifi, pas di muka pangkal paha Cie Fifi membikin sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sekalian pejamkan mata serta menggigit bibirnya sendiri.

Saya terus perhatikan sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti yakni kepala sang cebol itu bergerak gerak, membikin hasratku perlahan-lahan bangun, dan saya harus usaha atur napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut serta turut gigit bibir?", tau-tau kudengar bisikan Dedi.

Parasku berasa panas, saya baru sadar jika nyatanya saya pula menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan kecewa. Namun tentu saya tidak dapat melakukan perbuatan jenis-jenis dibanding nasibku jadi jadi kian jelek. Saya gak tahu apa yang bakal berlangsung padaku kalaupun saya membuat kekacauan yang menyebabkan sang cebol ini tahu saya berada pada sini.

Dedi cuma tersenyum senyuman, sama memuakkannya dengan senyum sang cebol barusan. Serta saya gak dapat banyak berbuat waktu Dedi yang memangku badanku ini memegangku dari belakang serta mulai memikatku.

Dengan ke-2  tangannya yang memutari badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, terkadang halus, kadang-kadang kasar, yang benar tingkah Dedi ini membuatku risau dan jantungku berdetak makin cepat.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2

Saya gak berani meredam karena saya takut tepisanku mungkin bisa memunculkan nada yang kemungkinan kedengar oleh sang cebol itu maupun Cie Fifi. Saya cuma dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang jauh semakin besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, dan saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk bebaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Namun tangan Dedi terlampau kuat untukku buat kusingkirkan demikian saja. Saya menggeliang kurang kuat, fokusku untuk menyaksikan fragmen erotis di hadapanku ini mulai bubar sebab saya sendiri telah mulai terangsang gara-gara tingkah Dedi yang selalu meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, tetapi kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat serta lagi meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar bakal peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya menyaksikan mengarah Cie Fifi. Rupanya dia tengah pejamkan mata serta mendesah gak karuan sembari memegang sembulan di sisi depan rok yang dikenainya, yang benar ialah kepala sang cebol.

Walau jantungku berdegap cepat menyaksikan itu seluruh, terasa sakit di ke-2  payudaraku membuatku kembali menggelinjang, dan saya coba menjauhi payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Namun dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi selalu menempel kuat serta terus memberinya remasan di ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai rusuh dan napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan tetapi pastinya, saya mulai teraniaya karena rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Selanjutnya saya menunjuk stop menggerak-gerakkan badanku, namun saya coba menggenggam serta menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot mainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku gak bakal ada berarti untuk Dedi, tetapi saya tidak pengen berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju di episode erotis di depanku. Tidak tahu semenjak kapan, saya menyaksikan satu helai celana dalam yang tergolek di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu pastinya celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Dan Cie Fifi yang saat ini sedikit membungkuk, mendesah serta mengesah dengan muka seperti mengendalikan sakit saat lagi sang cebol repot dalam rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, mengandaikan dalam rok Cie Fifi itu tak ada lembar celana dalam yang membuat perlindungan vagina Cie Fifi. Serta sekarang sang cebol itu tidak tahu sedang menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyeruput serta memagut bibir vagina Cie Fifi, atau lagi menarik serta mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau mungkin dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini lebih jadi selesai.  Saya sudah terangsang, tidak tahu karena remasan nakal yang sedang dilakukan Dedi di ke-2  payudaraku, atau sebab pikiranku yang melayang-layang mengandaikan apa yang terjadi di rok Cie Fifi itu.

Dan badanku menggigil sewaktu saya hampir gak dapat menghentikan diriku buat mengesah lantaran Dedi mencium tengkuk leherku, dan situasi jadi lebih sukar untukku sewaktu saya merasai jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awalan Deritaku

"Saya pun anyar ketahui seputar dua minggu sebelumnya, kalaupun bu Fifi itu bisa juga digunakan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Pengin rasanya saya menampar Dedi lantaran ucapannya yang sangat kurang ajar itu. Namun saya gak berani mengerjakannya, selain saya takut kehadiranku di sini ketauan oleh Cie Fifi dan khususnya sang cebol, saya tidak pengin terima balasan yang aneh aneh dari Dedi dan membuat nasibku bertambah jelek.

Karena itu saya cuma dapat memandang Dedi dengan jengkel, tetapi bibirku justru dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku dan mencegah rintihanku. Saya cuma dapat pasrah biarkan Dedi melumat bibirku hingga ia bahagia.

Namun di saat napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, serta saya cepat usaha mengendalikan napasku sepelan kemungkinan supaya dengusan napasku ini tidak sampai kedengar Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2

"Nungging di sono, Fifi", tiba-tiba kudengar suara sang cebol, yang tanpa ada enggan memerintah Cie Fifi langsung mengatakan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali melihat mereka. Telunjuk sang cebol menuju ke selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia menanti Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari udah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 menyentak pada sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1 kali kembali. Telah cepat nungging", sang cebol menyepakati.

Kendati pun raut paras Cie Fifi nampak geram, Cie Fifi mengikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menyanggakan ke-2  tangannya di lantai. Lalu Cie Fifi merendahkan badannya dan menggantungkan kepalanya pada ke-2  tangannya yang sekarang terlipat namun tetap menyangga di lantai.

Tanpa ada berbicara apa manalagi, sang cebol menanggalkan celana panjang serta celana dalamnya yang lumayan kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang udah menungging itu dan menguak rok Cie Fifi ke atas. Tidaklah ada perlawanan benar-benar dari Cie Fifi saat celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol udah siap-siap buat nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri berada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya rada direntangkan sedikit, serta sejenak kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol sudah memulai bergerak mundur-maju dibarengi desahan serta rintihan Cie Fifi. Tidak tahu mulai sejak kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, tetapi apabila sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya tidak terheran-heran memandang sikap sang cebol yang berani serta sekehendak hati seperti barusan.

Saya tidak menduga Cie Fifi yang keseharian kelihatan demikian ramah dan enerjik, nyatanya menyimpan soal yang tidak selisih jauh denganku. Saya berasa kasihan pada Cie Fifi kendati dari perbincangan mereka barusan, barangkali Cie Fifi tinggal 1 kali kembali mengikhlaskan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Tetapi sebuah remasan kurang ajar pada ke-2  payudaraku ini menyadarkanku kalaupun kini nasibku gak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya  pengin sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, dan dia lagi meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya menggeliang kesakitan. Serta kalimat Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi dapat memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terpikir teror Dedi dalam tempat tambal ban itu, serta hal semacam itu membuatku risau karena sesaat lagi saya akan memperoleh permasalahan kalaupun Dedi mengenali saya pakai celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terpikir mengenai sejumlah argumen yang kupikirkan barusan. Sekarang tinggal bagaimana tekniknya saya meminta biar Dedi pengen dengar alasanku serta tidak memaksakanku untuk ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mengerang sampai saya kembali memerhatikan Cie Fifi.

Rupanya sang cebol tengah semangat memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi tergoyang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Tetapi saya kembali menggeliang kesakitan di saat Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan kecewa di Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi oleh kurang ajar sekalian meremas bongkahan payudaraku 1x kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi kecewa, dan dia cuman tersenyum senyuman, kayaknya dia suka selesai buat ke-2  payudaraku ini mainannya mulai sejak barusan.

Nada rintihan Cie Fifi ditambah lagi dengusan sang cebol, membikin kondisi di gudang ini jadi sedikit ribut, karenanya saya pikir ini saat yang benar buat mengemukakan iktikad serta alasanku di Dedi tiada takut kedengar oleh Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA ELOK PART2

"Ded, saya barusan itu cuman pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, ngerinya kelak saya dimarahin sama guru jika saya kelamaan di sini.", saya berbisik perlahan sekalian memandang Dedi serta menanggalkan celana panjangnya sesuai kebutuhan.

Dedi diam, kelihatannya dia sedang pikir.

"Ya telah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, serta saya selekasnya menurunkan celana dalam Dedi buat cari penisnya. Saya terheran sesaat memandang penis itu udah ereksi, dan di saat saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Udah berdiri Cantik… dikarenakan kamu", bisik Dedi dengan berlaga mesra.

Saya sedikit risi pun dengar rayuan asusila Dedi. Tetapi saya gak pengen menghabiskan waktu, saya selekasnya mulai memikat penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara lembut.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol merintih, dan sewaktu saya melirik mengarah mereka, saya menyaksikan sang cebol sedang menarik penisnya.

Rupanya sang cebol cepat sudah keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari biasanya punya banyak pejantan yang sempat meniduriku?

Saat ini Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, sejak mulai barusan Cie Fifi cuman mendesah atau mengerang saja, namun gak hingga sampai melenguh seperti misalnya wanita yang tengah alami orgasme. Apa sebab penis sang cebol itu begitu pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu pun seperti penis punya wali kelasku, yang benyek dan cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama